Noberic, 9 Juni 2013
Pukul 13.00
Entah sudah berapa
weekend ku habiskan ditempat ini, masih dengan tatanan yang sama seperti
sebelum hari ini. bisa dikatakan ini adalah tempat nongkrong favorit anak muda
di Kota Noberic. Selain karena harga makanannya pas dikantong, tempatnya juga cozy. Dari tempat ini pengunjung yang
datang bisa melihat keramaian kota dari ketinggian. Tempat yang menjadi favorit
ku juga untuk menghabiskan waktu luang saat tak ada yang bisa ku ajak bicara. Tak
ada yang bisa ku ajak bicara, ya aku seperti sendirian di Noberic.
Dari tempatku duduk,
aku dapat menyapu seluruh sudut food
court. Mereka bersama pasangannya masing-masing, ada juga yang datang
bersama teman bahkan mungkin ada yang datang ketempat ini dengan selingkuhannya.
Mungkin. Hanya aku yang duduk sendirin,
ya aku benar-benar sendiri. Aku tidak menunggu kedatangan siapapun.
Dua bangku didepan dari
tempat ku duduk ada sepasang remaja putri yang tampak asik mentertawakan entah
apa. Aku jadi teringat sahabat-sahabatku, mungkin kalo saja mereka ada disini
akupun sedang melakukan hal yang sama seperti mereka.
Tepat dimeja sebelah
kananku ada sepasang “sepertinya” kekasih. Mereka tampak sedang memperdebatkan
sesuatu. Sayup-sayup ku dengar suara mereka, si cewek seperti sedang memarahi
cowoknya. “makannya kamu langsung angkat kalo aku telfon, biar aku ga curiga
terus.aku takut kamu kenapa-napa yank”. Cewek itu lalu kemudian menutup
wajahnya dengan kedua tangan yang sejak tadi sibuk menggenggam angin.
Mataku kembali pada
pasangan sebelumnya. “Astaga..!!” apa yang sedang dilakukan dua remaja putri
dihadapanku sungguh menunjukkan hal yang tidak bermoral. Menjijikan. Cewek yang
dandanannya menyerupai lelaki itu mencium bibir cewek yang berpakaian sangat
feminim. Tangannya, coba lihat tangan si tomboy berada tepat di gundukan dada
si feminim, oh sungguh aku merasa jijik melihatnya. Tidak ada petugas yang
menegur??? Tanyaku dalam hati.
Noberic sudah se-homogen
ini orang-orangnya, entah dimana letak tata krama yang menjadi ciri Noberic
dulu. rasa malu sudah lama menguap rupanya, mungkin sejak makin menjamurnya
gedung-gedung tinggi dengan nama dan aktifitas kebarat-baratannya. Oh Noberic
yang dulu selalu jadi tujuan untuk hijrah, kini masyarakatnya malah menjadi
jahil.
Angin menerpa wajahku
dengan ganasnya, rambutku yang sengaja ku gerai sudah tidak serapih satu jam
yang lalu saat aku baru saja naik ketempat ini, angin laut Noberic seperti sedang
menunjukkan kekuatannya, dan mengatakan “kalau saja Tuhan tidak berpuasa, aku
bisa saja meluluh lantahkan kota kecil ini. sayangnya Tuhan sangat menyayangi
manusia disini, hingga Tuhan tetap berpuasa untuk tidak menyuruhku meluluh
lantahkan isi kota ini”.
Tingkah dua remaja
putri dihadapanku semakin menjadi, tangan si tomboy makin berani menggerayangi
cewek feminim. Mereka duduk semakin merosot dari kursi, sepertinya mereka tau
orang disekitar sini memperhatikan mereka. Tiba-tiba seorang bapak berpakaian casual menghampiri mereka, menggebrak
meja dengan umpatan-umpatan yang jebol
dari mulutnya. Hampir semua mata tertuju pada meja no 04, ada yang menghendaki
si bapak bertindak, ada juga yang tidak setuju dan mengumpat dibelakang. Sedangkan
aku hanya diam, sama seperti banyak orang lainnya. Tidak peduli.
Sepasang kekasih yang
bertengkar tadi, dimana mereka. Oh mungkin mereka keluar tempat ini saat mataku
memperhatikan adegan bapak tadi. Sungguh, ini seperti FTV-FTV pagi, seperti
mengada-ada. Atau jangan-jangan mereka memang terinspirasi dari peran yang di
mainkan idola mereka di FTV??? Hahahaha, entahlah.
Aku melirik jam
ditanganku, sudah hampir jam tiga sore rupanya. Lebih baik aku pulang dan
mengistirahatkan tubuhku, benar-benar istirahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar