PUNGUTAN
LIAR
DI
LEMBAGA PENDIDIKAN ANTAH BARANTAH
Sebut saja aku “Mozaik” seorang
mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas yang sedang dalam proses
penegrian yang tak kunjung terealisasi di kota yang sedang bergerak menjadi kota Megapolitan *katanya*. Di kampus
aku bukanlah orang yang berpengaruh di kampusku, aku hanya mahasiswa biasa yang
punya kegiatan keorganisasian juga tidak banyak dan tidak begitu aktif. Aku
juga bukan mahasiswa yang pintar di kelas, tapi walau begitu tidak sedikit
dosen yang mengenaliku. Termasuk para petinggi di Fakultasku. Mungkin itu
karena seringnya aku terlihat berkeliaran di kampus pada jam-jam yang bukan jam
kuliah karena kegiatanku. Meskipun aku biasa-biasa saja, dengan usaha (nilai)
dan link yang aku punya di pihak dekanat fakultas, aku bisa mendapatkan
beasiswa yang jumlahnya lumayan untuk kemampuan ekonomi keluargaku, setidaknya
orang tua ku tidak harus mengeluarkan lebih banyak uang dalam proses skripsi
sampai wisuda ku (aamin).
Dalam proses penyeleksian beasiswa itu
aku menilai kurang objektifnya pihak dekanat menilai, mungkin juga terhadapku.
Aku dinilai dekat dekan pihak dekanat dan para dosen, maka dengan mudahnya aku
lolos seleksi tersebut. Bisa jadi hal ini juga terjadi karena informasi
beasiswa hanya sampai pada telinga mahasiswa-mahasiswa tertentu saja, dan aku
termasuk dari mahasiswa tertentu itu. Aku bukan orang yang vokal terhadap
apapun permasalah di kampusku, aku masih takut, aku khawatir gerakan sedikitku
akan berakibat fatal pada nilai mata kuliah yang ku ambil. Apapun kebusukan
yang ku ketahui aku pendam sendiri, atau hanya aku diskusikan dengan teman yang
sama-sama tipe chicken sepertiku, tidak pernah sampai ke kuping petinggi. “yang
penting aku sih aman aja deh” itu yang ada dalam pikiranku.
Hari ini entah dari mana datangnya
seperti ada yang ingin aku dobrak dari ketidakmampuan yang lama ada didiriku,
aku yang biasanya “asal aman” sekarang tidak mau lagi, aku ingin kebusukan yang
ku ketahui di pihak petinggi lembaga pendidikanku terbongkar dan dilenyapkan.
Aku dan teman-temanku tidak boleh lagi jadi korban para pengkhianat yang dengan
asiknya menggerogoti ketidakberdayaan aku dan kita. Dengan beasiswa yang
diberikan, itu berarti harus ada rokok/makanan/ongkos yang harus kita berikan
setelah penandatanganan beasiswa, PUNGLI.
Awal permasalahannya sederhana,
mahasiswa yang mendapatkan beasiswa diingatkan oleh petugas kampus untuk
“mengucapkan terima kasih”, tapi ucapan terima kasih saja ternyata belum cukup
tanpa salam tempel. Beberapa mahasiswa menerima diperlakukan seperti itu, dan
akhirnya memberikan salam tempel juga pada petugas. Tapi ada juga beberapa
mahasiswa yang merasa keberatan dengan hal tersebut, karena petugas kampus
MEMAKSA untuk diberi. Aku dan sebagian mahasiswa juga akhirnya memberikan
tempel dibalik terima kasih yang kurang ikhlash kami, kamu menuruti kemauan
petugas karena RASA TIDAK ENAK dan RISIH saat di tagih terima kasih kami
terus-menerus. Tapi sebagian lagi tetap keukeuh tidak mau memberi karena satu
dan lain alasan.
Tidak lama, sekitar dua minggu dari
penerimaan beasiswa Lembaga Pers Mahasiswa akhirnya mencium ketidakberesan
tersebut. Aku menjadi geram melihat keadaan ini, bagaimanapun aku harus bisa
menjadi SAKSI yang objektif untuk kasus ini, karena aku termasuk KORBAN. Permasalahannya
bukan berapa harga rokok yang di berikan pada petugas, itu bisa saja
dikembalikan, selesai semua masalah. Tapi bagaimana dengan sikap PROFESIONAL
yang harusnya di tegakkan oleh pihak kampus yang telah dilanggar, dan lagi
KEPERCAYAAN dari mahasiswa kepada pihak kampus yang melakukan Pungutan Liar.
Hal ini tidak menutup kemungkinan akan menjadi masalah besar dikemudian hari,
bukan lagi antar personalnya tapi juga lembaga dengan masyarakat apabila berita
ini sampai keluar wilayah kampus.
Sekarang pers sedang gencar mencari
kebenaran berita tersebut, dan aku yakin pihak-pihak yang merasa TERANCAM akan
mencari perlindungan dibalik kata “maksunya bukan itu” atau mencari
perlindungan pada korban-korban PUNGLI yang tidak mempunyai kekuatan besar
dengan mempropagandakan kebohongan. Aku termasuk mahasiswa yang dihubungi oleh
oknum-oknum tersebut, entah untuk apa mereka menghubungi ku. Untuk meminta maaf
atau mungkin untuk mencari perlindungan? Kita lihat nanti. Yang jelas, aku akan
menceritakan apapun yang ku alami.
Aku tidak lagi takut bagaimana SKRIPSI
ku nanti, yang penting bagiku sekarang bagaimana sistem pungli yang sudah
mengakar ini kita lenyapkan dari lembaga pendidikan antah barantah, tidak
peduli oknum yang melakukan pungli tersebut salah dosen pembimbingku, dan bisa
saja dia akan mempersulit kelulusanku. Biarlah seperti apa nanti skripsi ku,
aku hanya ingin membuka kebusukan yang sedang menggerogoti mahasiswa bukan saja
aku. Pungli mungkin saja ada disetiap lini civitas akademika kampus antah
barantah tercinta ini, hanya saja belum mendapatkan berita konkritnya. Semoga
semua cepat terkuak, tidak ada lagi PUNGLI di area kampus antah barantah, tidak
ada lagi yang dirugikan, semua PROFESIONAL dan semua SADAR PORSI SADAR POSISI.
#SAVE
LEMBAGA PENDIDIKAN ANTAH BARANTAH