perempuan yang duduk
tidak jauh dari teritorialku terdiam sinis dengan menikmati keangkuhannya, aku yang tau
kedatanganku tidak diharapkan olehnya mencoba tetap bersikap "baik-baik
saja". berjalan tiga detik dihadapannya seperti perjalanan terlama yang
pernah aku lalui, semua terasa slowmotion. hingga ku satukan bokong dengan kursi SEPASANG BOLA MATA perempuan berparas cantik itu terus
menguntit tiap gerakan yang ku lakukan. tajam, pandangannya hampir
melumpuhkan keyakinan "baik-baik saja" ku. ku sempatkan sejenak
mendinginkan gumpalan darah yang mulai mendidih dibalik tulang rusukku karena
tingkahnya, tapi tatapannya tak juga usai dan semakin tajam. mimik tidak biasa
yang ia tunjukkan padaku seperti sedang menghakimi setiap usahaku untuk tenang.
ada apa dengan perempuan keturunan bangsawan itu? SEPASANG BOLA MATA yang
tak biasa seringkali ia tujukan pada aku.
tidak kah kau bisa utarakan saja maksud bahasa mata cantik mu itu nona angkuh keturunan bangsawan? tidak merasakah aku MUAK dengan apa yang kau lakukan itu?